KOMPAS.com – Lebih dari 900 tiang bambu digunakan untuk
konstruksi rumah ini. Rumah bertajuk Casa Convento ini, didesain oleh arsitek
Enrique Mora Alvarado. Lokasi Casa Convento berada di hutan bambu yang
dikelilingi oleh gunung-gunung.
Mora menyadari pentingnya menggunakan sumber daya lokal
untuk mengurangi biaya pembangunan dan juga sulitnya membawa material bangunan
ke lokasi itu karena jalan-jalan selalu tergenang saat musim hujan. Alvorado
pun merancang rumah yang mampu dibangun dengan memanfaatkan bambu.
Bambu-bambu ini dipanen langsung di lokasi tersebut. Dari
Santiago de Guayaquil, atau tujuh jam dari desa Convento, Mora merancang
rencana struktur sederhana yang bisa dengan mudah dijelaskan pada pekerja
lokal, paling tidak dalam kurun waktu dua minggu.
“Sebenarnya, sulit untuk membangun rumah tanpa berada di
sana dari hari ke hari untuk melihat prosesnya,” kata Mora.
Kunci dari proyek tersebut adalah mengajarkan teknik untuk
membangun konstruksi bambu kepada masyarakat lokal. Karena meskipun tumbuh
dalam jumlah besar, bambu-bambu ini tidak biasa digunakan sebagai material
rumah di sana.
Ladang di mana properti ini dibangun, menyimpan delapan
pohon salam dan ribuan batang bambu yang kemudian digunakan untuk fasad dan
rangka rumah. Material ini dipanen oleh pe
Bentuk bangunan terinspirasi dari rumah tradisional yang ada
di kawasan itu. Dengan lantai dinaikkan ke atas tanah, arsitek bermaksud
membangun sirkulasi udara dari bawah dan juga mengurangi risiko banjir. Fondasi
rumah ditopang oleh kayu, sementara kolomnya dibuat dari beberapa batang bambu.
Lembaran atap baja ditutup oleh gulungan bambu dan dilapisi
dengan anyaman bambu. Sebuah teras terbuka pada pintu masuk rumah, membagi
antara area dapur dan ruang makan di satu sisi dari tiga kamar tidur dan teras
tambahan di sisi lain.
Rumah ini juga memiliki taman kecil yang terletak di sebelah
tangga menuju ke dalam rumah. Area dapurnya berada di luar, untuk memastikan
asap tidak memenuhi interior. Kepadatan panel kayu dan bambu yang berbeda,
dibuat berdasarkan jumlah cahaya dan privasi yang dibutuhkan dari setiap ruang.
Jendela di setiap tepi teras, ruang tamu dan dinding luar kamar tidur, dapat
dibuka untuk memberikan pemandangan hutan.
Ada pun penggunaan kayu dan bambu membantu proyek tetap pada
anggaran semula yang hanya 15.000 dollar AS (Rp 189 juta). Tidak hanya itu,
karena tidak menggunakan perekat seperti semen, masing-masing material bisa
dengan mudah dibongkar atau dibangun kembali di tempat lain.
Sumber Kompas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas perhatian anda, silahkan hubungi kami untuk mendapatkan informasi lengkapnya.